Mempunyai motivasi, semangat, antusiasme, perasaan berkobar-kobar, penuh vitalitas, energik, optimis, berapi-api dalam melakukan aktivitas dalam hidup sehari-hari, tentunya akan menyenangkan bagi yang menjalaninya, apalagi ketika target atau tujuan yang diincar akhirnya tercapai juga. Kepuasan yang dirasakan tentunya tidak terucapkan oleh kata-kata.
Akan tetapi, ketika hal sebaliknya terjadi, ketika seseorang mengalami hambatan internal yang menundanya dalam menjalani aktivitasnya, bahkan sekalipun aktivitas itu merupakan yang disukainya, maka perasaan stress dan tidak menentu mulai bermunculan, apalagi jika sebelumnya orang itu sudah memasang target tertentu yang akhirnya terus tertunda, dan tertunda. Rencana dan rencana mungkin sudah banyak yang dibuat, tetapi pelaksanaan selalu tertunda dan tertunda. Pola seperti ini akan memicu stress dan pada akhirnya mengarahkan orang itu menuju rasa frustrasi, yang justru membuatnya menjadi semakin tidak bersemangat.
Ini bisa terjadi karena mood dan jiwa seseorang tidak selamanya berada pada kondisi puncak. Akan ada saat-saat di mana seseorang mengalami penurunan semangat dan motivasi dalam melakukan aktivitasnya, kebanyakan karena mulai merasakan kelelahan akibat terkuras, kebosanan, atau hal-hal lainnya yang merupakan masalah dari dalam diri orang bersangkutan. Akhirnya reaksi orang itu menjadi melambat. Tentunya, hal ini harus segera diatasi supaya tidak berlarut-larut.
Kelelahan bisa diatasi dengan istirahat. Kebosanan bisa diatasi dengan mengalihkan perhatian kepada sesuatu lainnya untuk penyegaran. Begitu pula masalah lainnya. Setelah masalah-masalah tadi teratasi, bagi kebanyakan orang masih mudah untuk kembali melanjutkan aktivitas dan mengejar targetnya.
Namun ada satu biangkerok penghambat diri yang sebenarnya berbahaya, tetapi paling banyak diremehkan orang: kemalasan.
Suka maupun tidak suka, akan ada saat-saat di mana rasa malas datang menyerang kita, entah kita mengakuinya ataupun tidak. Saya justru bertanya-tanya bila ada orang yang seumur hidupnya belum pernah merasakan rasa malas terhadap suatu hal ataupun kegiatan.
Ada yang berkata bahwa kemalasan punya tingkatan, ada derajatnya, ada takarannya, ada besar-kecilnya. Tetapi itu bukan yang menjadi persoalan. Persoalan utamanya adalah bagaimana reaksi orang yang bersangkutan terhadap rasa malas itu. Rasa malas bila dibiarkan akan semakin membesar dan merajalela. Apa yang kemudian dilakukan orang tadi terhadap rasa malas itu? Itulah yang terpenting.
Banyak buku motivasi diri di luar sana yang akan menyarankan kita untuk melakukan hal-hal yang hampir serupa dalam mengatasi rasa malas, cakupan utamanya antara lain:
- harus punya niat untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa malas.
- jangan lupa berdoa minta petunjuk dan kekuatan.
- benar-benar meninggalkan kegiatan tidak bermanfaat maupun kebiasaan buruk yang memungkinkan kita bermalas-malasan.
- mengalihkan waktu untuk melakukan kegiatan menyenangkan lainnya yang lebih membawa manfaat dan kesegaran baru.
- melakukan berbagai tindakan yang mengikis rasa malas.
- memotivasi diri dengan berbagai trik dan cara.
- mencari mentor, pembimbing, atau kawan yang akan memberi dorongan semangat kepada kita untuk bertindak.
- bahkan mencari saingan (bila perlu) supaya kita menjadi terpacu karena tidak mau kalah darinya.
- menjadikan diri lebih teratur dengan menggunakan daftar kerja atau “to do list”.
Namun untuk sebagian orang, ketika mereka melihat “to do list” mereka kembali, dan menyadari ada sekian banyak hal yang masih harus dikerjakan, rasa malas bisa jadi semakin menyerang mereka, mungkin ditambah dengan perasaan down saat menyadari banyaknya hal-hal yang sudah tertunda.
Untuk menyiasati ini, hal-hal berikut ini boleh dicoba juga:
- Alih-alih menuliskan daftar kerja tadi dengan kata “to do list”, cobalah menggantinya dengan kalimat: “apa yang masih beluman?”
- Isikan daftar tadi dengan semua hal yang ingin Anda kerjakan dalam nomor-nomor yang nantinya akan Anda coret ketika tugas itu sudah diselesaikan.
Dengan demikian, semakin banyak nomor yang tercoret dari daftar tadi – karena sudah selesai dilaksanakan tentunya – maka perasaan akan menjadi semakin ringan. Mengapa? Karena yang tersisa pada daftar “beluman” semakin sedikit. Perasaannya akan menjadi berbeda. - Anda juga seharusnya membedakan “to do list” jangka panjang versus jangka pendeknya. Mana yang prioritas? Tetapkan itu semua pada poin-poin dan nomor teratas daftar “beluman” Anda itu.
- Ingatlah bahwa target jangka panjang Anda adalah semua nomor itu sudah tercoret alias semua tugas Anda telah terlaksana.
- Jadi perlakukanlah setiap nomor dalam daftar “beluman” itu sebagai target jangka pendek Anda. Step by step. Selangkah demi selangkah, jangan memborong semua nomor di dalam daftar itu dalam waktu yang bersamaan. Apakah Anda menggunakan kedua kaki Anda untuk melangkah menuju dua arah yang berbeda pada waktu yang bersamaan?
- Jangan lupa menghadiahi diri sendiri setiap kali Anda berhasil menyelesaikan satu tugas. Jadikan ini sebagai ungkapan terima kasih kepada diri Anda sendiri karena sudah mengatasi kemalasan dan menyelesaikan satu hal lagi. Hal ini akan memotivasi diri Anda untuk menyelesaikan nomor selanjutnya dari daftar “beluman” Anda itu.
Anda juga boleh merayakannya bersama kawan terdekat ataupun keluarga Anda atau siapapun yang telah memotivasi Anda itu, ketika seluruh daftar “to do list” Anda berhasil dilaksanakan. Anda senang, orang-orang yang sudah memotivasi Anda juga ikut senang. Dan ketika Anda melihat kembali ke saat yang sudah-sudah, Anda akan bersyukur bahwa Anda sudah mengatasi rasa malas dan benar-benar telah bertindak bagi diri Anda sendiri. Saat itu, Anda akan betul-betul berterima kasih banyak kepada diri Anda sendiri.
Makasih tips nya Pak, kadang-kadang down ketika menyadari banyak hal yang tertunda.
membaca seluruh blog, cukup bagus