Ada orang yang mengatakan begini: Cara dan sikap hidup seseorang sebenarnya merupakan cerminan dari seberapa besar penghargaannya terhadap segala sesuatu yang masih dimilikinya dalam hidup ini, termasuk penghargaannya terhadap dirinya sendiri.
Kalau direnungkan kembali, benar juga kata-katanya.
Contoh sederhana mungkin bisa dilihat dari kehidupan seorang siswa. Misalnya, siswa ini akan menempuh ujian yang akan menentukan kelulusannya. Lalu bagaimana dia menjalaninya berdasarkan penghargaannya terhadap diri sendiri dan hal-hal yang masih dimilikinya?
- Hak untuk berpartisipasi dalam ujian itu.
Bila sang siswa menghargai hak dan kesempatan ini, ia akan sadar betul bahwa ia harus hadir pada hari ujian itu, bukannya membolos. - Waktu yang tersisa menjelang hari ujian.
Bila sang siswa menghargai waktu yang tersisa ini, ia akan tahu bahwa waktu yang masih ada harus dijalani dengan mempersiapkan dirinya sebaik-baiknya untuk menghadapi ujian yang akan datang. Apakah ia akan bermalas-malasan, atau bahkan kabur untuk main game atau pergi dugem? Sepertinya banyak orang akan mengatakan bahwa sang siswa “cari penyakit sendiri” bila ia melakukan hal seperti itu. - Kesehatannya.
Siswa yang tahu menghargai kesehatannya sebagai salah satu pendukung untuk mengikuti ujian, tidak akan menyabotase ujiannya sendiri dengan melakukan hal-hal yang merusak kesehatannya menjelang hari ujian.
Dengan kata lain, bila siswa ini menghargai dirinya sendiri, dia pasti ingin lulus. Bila dia menghargai segala sesuatu yang masih dimilikinya sebagai pendukung partisipasinya dalam ujian kelulusan itu, dia akan tergerak untuk menjalani hari-hari yang tersisa dengan sebaik-baiknya dan berjuang demi ujian itu.
Kasus sang siswa tadi merupakan contoh sederhana. Bagaimana contoh lainnya?
- Menghargai fisik yang dimiliki.
Apa yang akan dilakukan oleh orang yang menghargai tubuhnya sendiri? Tidak perlu sampai muluk-muluk dengan kosmetik ataupun luluran. Merawat dan menjaga kebersihan tubuh sendiri, juga tidak menyakiti tubuh sendiri, sudah merupakan contoh penghargaan yang nyata terhadap fisik yang dimiliki. - Menghargai kesehatan yang dimiliki.
Seseorang yang menghargai diri sendiri, juga akan menghargai kesehatannya sendiri dengan mengupayakan dirinya agar tetap sehat. Sebaliknya, dengan menjalani pola hidup yang merusak, termasuk mencekoki diri sendiri dengan konsumsi yang tidak sehat, sama saja dengan menyabotase kondisi tubuh sendiri. - Menghargai orang tua.
Diakui atau tidak, asal-usul fisik kita tidak lepas dari orang tua kita masing-masing.
Seseorang yang menghargai dirinya sendiri, fisiknya sendiri, akan menghargai orang tuanya juga, karena orang tua sudah turut berperan dalam menghadirkan dirinya menjadi sosok yang ada sekarang ini, mulai dari kelahiran, merawat dan membesarkan, hingga mengantarkan dirinya menjadi “seseorang”. Tindak-tanduk dan perilaku terhadap orang tua akan memperlihatkan seberapa besar penghargaan orang ini atas segala sesuatu yang sudah diberikan dan ‘diturunkan’ oleh orang tuanya kepada dirinya. - Menghargai waktu yang masih ada.
Orang yang menghargai dirinya sendiri, akan menghargai waktu yang masih dimilikinya. Dengan kata lain, kehidupan ini tidak bisa diputar ulang, sedangkan waktu terus berjalan.
Bila seseorang menghargai diri sendiri, akankah dia menyia-nyiakan waktu yang ada dengan melakukan hal-hal yang tidak berguna, padahal kehidupan yang berharga ini tidak akan pernah bisa diulang lagi? - Menghargai kesempatan untuk mengembangkan diri.
Seseorang yang menghargai diri sendiri, sudah semestinya memberikan kesempatan bagi diri sendiri untuk maju dan berkembang. Apa yang kemudian harus diperbuat? Apakah bermalas-malasan dan ketiadaan niat untuk belajar – yang pada akhirnya mematikan potensi diri – akan diberikan tempat dalam hidup ini? - Menghargai masa depannya sendiri.
Seseorang yang menghargai dirinya sendiri, biasanya akan selalu menjalani tahap-tahap introspeksi dan refleksi diri, karena ia menghargai sesuatu yang disebut sebagai “masa depan”, sehingga ia tidak akan melakukan sesuatu yang menyabotase masa depannya sendiri. - Menghargai akhir kehidupannya.
Segala sesuatu di bawah langit ini selalu ada permulaan dan ada akhir. Kehidupan juga seperti itu.
Seseorang yang menghargai dirinya sendiri, pasti menginginkan hidupnya berakhir dengan baik, karena ia menghargai akhir kehidupan yang baik.
Dengan kata lain, ia tidak akan berpikiran pendek untuk mengakhiri hidupnya sendiri secara konyol, untuk kemudian menyisakan kekacauan bagi mereka yang ditinggalkan olehnya. Dia akan menjalani sepanjang hidup ini dengan kualitas hidup sebaik-baiknya, agar bisa menghembuskan napas terakhirnya dalam kondisi tanpa penyesalan, dan harap-harap bisa menyeberang dengan selamat ke dalam kemuliaan dunia akhirat.
wah… kayak.e q perlu lebih menghargai waktu.q nieh… cz q sering malez2anndek kamar m mxitan hehehe