Pada suatu kelas dua SD, ada seorang guru Bahasa yang sedang mengajarkan kosa kata baru kepada murid-muridnya. Kali ini kata yang diajarkan adalah “benar-benar”, yang artinya adalah: “sungguh, positif, tak diragukan lagi”.
Sang ibu guru kemudian meminta beberapa muridnya untuk membuat contoh kalimat dengan menggunakan kata tersebut.
Murid 1: “Langit benar-benar biru.”
Ibu Guru: “Ya, itu memang kalimat yang baik. Tetapi kadang-kadang langit itu putih karena berawan, atau kelabu ketika mendung, atau kadang-kadang merah. Jadi tidak benar-benar biru. Ada lagi dari kalian yang bisa memberi contoh yang lain?”
Murid 2: “Air benar-benar jernih.”
Ibu Guru: “Ya, itu juga kalimat yang baik. Tetapi kadang-kadang air itu berlumpur, ada yang keruh, ada yang penuh dengan sampah. Jadi air tidak benar-benar jernih. Nah, siapa lagi yang bisa memberi contoh lainnya?”
Akhirnya, di pojok belakang kelas, Dodol pelan-pelan mengangkat tangannya.
Ibu Guru: “Ya? Silakan.”
Dodol: “Ibu, saya boleh bertanya dulu?”
Ibu Guru: “Ya.”
Dodol: “Apakah kentut itu ada gumpalannya?”
Ibu Guru: “Tidak. Kenapa?”
Dodol: “Wah … kalau begitu, saya benar-benar sudah buang air besar di celana.”