Suatu ketika, Dodol yang sudah sekolah di sekolah dasar, ikut kumpul-kumpul keluarga dan kerabat pada saat hari raya.
Si Engkong pun memanggil Dodol yang sudah mendapatkan pelajaran berhitung itu, untuk bertanya tentang sekolah dan segala hal yang terpikir oleh sang kakek. Beberapa saat kemudian, sang Engkong melihat betapa Dodol sudah bosan meladeni pertanyaannya, maka ia pun mengeluarkan dua lembar uang kertas untuk menarik perhatian Dodol lagi.
Si Engkong memperlihatkan dua lembar uang itu, sepuluh ribu dan dua puluh ribu, dan menyuruh Dodol untuk memilih salah satunya.
Dodol memilih yang sepuluh ribu.
Sang Engkong, terkejut, kecewa dan garuk-garuk kepala melihat pilihan cucunya itu. Kemudian ia memutuskan untuk mengeluarkan satu lembar uang sepuluh ribu lagi, dan meminta Dodol memilih lagi antara sepuluh ribu dan dua puluh ribu.
Lagi-lagi, Dodol memilih yang sepuluh ribu.
Sang Engkong lagi-lagi terkejut dan kecewa.
Akhirnya sang Engkong membawa Dodol kepada para kerabat satu per satu dan menunjukkan betapa bodohnya dia, karena lagi-lagi memilih uang sepuluh ribu ketimbang yang dua puluh ribu. Demikianlah hal itu berulang diperlihatkan kepada para kerabat yang hadir.
Akhirnya, setelah ditotal, 20 kali si Engkong menyuruh Dodol memilih, dan 20 kali itu juga Dodol terus memilih uang sepuluh ribu ketimbang dua puluh ribu.
Beberapa jam kemudian, saat pulang dari rumah kerabat itu, sang ayah menanyai Dodol tentang mengapa ia memilih uang sepuluh ribu daripada dua puluh ribu.
Dodol pun menjawab sambil cengar-cengir, “Pak, kalau aku tadi pilih yang dua puluh ribu dari awalnya, aku ga bakal dapat duit 200 ribu!”