Pada suatu malam, Tuak dan Bejo, yakni dua orang sobat lama yang sudah lama tidak berjumpa, bertemu di suatu taman.
Tuak: “Jo, sobat lamaku, sudah lama tidak bersua.”
Bejo: “Betul, Wak. Senang sekali bisa bertemu lagi denganmu. Bagaimana kabarnya, Bro? Baik-baik saja?”
Tuak: “Baik-baik saja. Lho, mana anak dan istrimu? Tidak ajak mereka ke sini juga?”
Bejo: “Nah, itulah, Sobatku. Itu masalahnya. Aku masih bersedih karena dalam perjalanan pulang beberapa waktu lalu, kami mengalami kecelakaan. Anak dan istriku meninggal dunia, hanya aku yang tersisa …”
Tuak: “Hah!!! Sama! Anak dan istriku pun meninggal kar’na kecelakaan. Tetapi bagaimana akhirnya kau bisa selamat?”
Bejo: “Aku bisa selamat mungkin karena beruntung saja. Kamu sendiri bagaimana?”
Tuak: “Aku sendiri tidak paham, Bro. Mungkin juga karena beruntung sepertimu.”
[Tiba-tiba muncul sesosok tinggi berjubah hitam yang memegang sebuah tongkat celurit panjang. Sosok hitam itu pun menghampiri mereka …]
Sosok berjubah hitam: “Hoyy! Kalian berdua sesama tukang mabok-mabokan! Sedang apa di sana?! Ayo sekarang kembali ke kuburan kalian masing-masing! Waktu bermain kalian sudah habis!”
Tuak dan Bejo: “Hahh, jadi kita ini sudah mati???”