Suatu ketika, Ah Beng, salah satu taipan terkaya sudah sekarat di tempat tidurnya. Sang dokter telah menyarankan kepada istri dan anak-anaknya untuk berkumpul karena Ah Beng tidak akan bertahan hidup lebih lama lagi.
Maka berkumpullah istri Ah Beng dan anak-anak mereka sambil diam-diam menangis, mengerubungi sang ayah di sekeliling tempat tidurnya.
Ah Beng membuka matanya perlahan-lahan, lalu samar-samar melihat sosok orang-orang tercinta di sekelilingnya.
Dengan suara lirih Ah Beng mulai memanggil nama mereka satu per satu.
“Mei Lan?” panggilnya.
Sang istri mendekat ke wajahnya sambil menangis dan berkata, “Ini aku, Papa.”
“Ling Er?” panggil Ah Beng juga.
Anak pertama mendekat dan menjawab, “Ada, Ling Er di sini, Papa.”
“Cai Long?” panggil Ah Beng kemudian.
Anak kedua mendekat, turut menjawab, “Ah Long hadir, Papa.”
“Wen Er?” panggil Ah Beng juga.
Anak bungsu pun mendekat dan menjawab juga, “A Wen hadir, Papa.”
Ah Beng memandangi seluruh anggota keluarganya satu per satu sambil dengan lirih menyebut nama mereka, lalu tiba-tiba ia teringat sesuatu dan suaranya mulai menjadi keras.
“Kalau kalian semua di sini, JADI SIAPA YANG JAGA TOKO?!”