Seorang pembunuh berdarah dingin telah mendapat vonis hukuman mati dari pengadilan dan menjalani kurungan hingga tiba masa eksekusinya. Setelah menunggu sekian lama, akhirnya tibalah gilirannya untuk menjalani hukuman.
Sang pembunuh itu pun didudukkan di kursi listrik untuk menjalani hukuman matinya. Sang pembunuh tampak gelisah dan mulai berkeringat dingin sambil sesekali melihat seorang pendeta yang berada tak jauh dari tempat eksekusi.
“Anda ada permintaan terakhir?” tanya sang pendeta, yang berpikir barangkali sang pembunuh masih butuh didoakan.
“Ada!” jawab sang pembunuh, “Saya nervous, Pak. Maukah Pak Pendeta memegang tanganku, pada menit-menit terakhir hidupku?”