Seorang profesor sedang memberikan pelajaran autopsi (bedah mayat) pertama kepada para mahasiswa kedokteran semester awal. Ia memutuskan untuk memberikan beberapa pelajaran dasar kepada mereka sebelum memulai praktikum itu.
“Dalam dunia kedokteran, kita harus punya dua kemampuan mendasar untuk melakukan suatu autopsi,” kata sang profesor, “Hal pertama adalah, kita harus tegar, tidak punya rasa takut ataupun jijik.”
Sambil berkata begitu, sang profesor mencolokkan jarinya ke dubur si mayat, menarik jarinya keluar, kemudian menjilat jarinya. Ia meminta semua mahasiswa yang hadir untuk melakukan hal yang sama dengan mayat-mayat di depan mereka masing-masing. Setelah hening selama beberapa saat, dengan sangat terpaksa mereka mengikuti perintah yang menjijikkan itu.
“Hal kedua adalah bahwa kita harus punya pengamatan yang sangat cermat,” kata sang profesor lagi, “Berapa banyak dari Anda sekalian yang menyadari bahwa saya tadi mencolokkan jari tengah ke dubur si mayat, tetapi saya menjilat jari telunjuk saya?”
Setelah kelas praktikum usai, petugas kebersihan membutuhkan waktu sekitar tiga jam untuk mengepel seluruh sisa muntahan di lantai ruangan praktikum tadi.