Tidak Mungkin Salah Diagnosa

Seorang pasien berkunjung ke ruang praktek seorang dokter umum dan baru saja mendapatkan diagnosa penyakitnya. Dengan perasaan was-was sang pasien mendengarkan hasil pemeriksaan dari dokter itu, kemudian ia kembali bertanya untuk memastikan kebenaran diagnosa sang dokter.

Pasien: “Dokter, jadi betul yakin ya, saya ini menderita radang paru-paru?”

Dokter: “Begitulah hasil pemeriksaan kesehatan Anda, Pak. Berdasarkan hasil pemeriksaan seperti ini tidak mungkin akan salah diagnosa.”

Pasien: “Bener yakin ya, Dok? Karena saya pernah mendengar ada seorang dokter yang merawat pasien penderita radang paru-paru, tetapi akhirnya pasien itu justru meninggal akibat sakit typhus.”

Dokter: (menyahut dengan kalem) “Tenang saja, Pak. Itu tidak akan terjadi pada saya. Jika saya merawat seorang penderita radang paru-paru, maka yang terjadi adalah si penderita akan meninggal akibat radang paru-paru.”

Transplantasi Jantung

Suatu ketika, seorang pria sedang membutuhkan transplantasi jantung, tetapi karena rumah sakit tidak berhasil mencarikan jantung manusia, akhirnya mereka memberitahukan kepada pasien dan keluarganya tentang situasi tersebut dan mengatakan bahwa saat itu yang bisa diupayakan hanyalah jantung seekor domba.

Karena situasi sudah darurat, akhirnya sang pasien dan keluarganya setuju. Maka tim dokter segera melakukan operasi untuk mencangkokkan jantung domba itu ke tubuh sang pasien.

Beberapa hari setelah operasi, pria itu kembali menjalani pemeriksaan di rumah sakit.

Sang dokter pun bertanya kepada pria itu, “Bagaimana perasaan Bapak saat ini?”

Pria itu menjawab, “MBAAEEEEK!!”

Benar-benar Naas

Dodol baru saja dirawat intensif di rumah sakit akibat suatu peristiwa naas. Karena rasa setia kawan yang besar, sekalipun sangat sibuk, Bejo meluangkan waktu untuk menjenguk sahabatnya itu sekaligus menghiburnya.

Bejo: “Hai, Bro. Bagaimana keadaanmu?”
Dodol: (masih dengan kondisi lemas di pembaringan kamar pasien) “Yaa, beginilah … seperti yang terlihat sekarang ini.”

Bejo: (merasa prihatin) “Jadi? Apa kata Dokter?”
Dodol: “Dokter bilang, dia akan menyuruhku berjalan kaki selama dua minggu.”

Bejo: “Oh? Bagus dong. Terus bagaimana?”
Dodol: “Yaa … aku harus menjual mobilku untuk membayar tagihannya …”

Percakapan Sableng Di Klinik Gigi

Berikut ini beberapa percakapan di dalam ruang praktek Bejo di salah satu klinik gigi, yang sempat didengar oleh seorang asisten saat ia membantu Bejo selama jam praktek.

Percakapan 1

Pasien: “Saya tidak bisa membayangkan betapa hebatnya Dokter, bekerja dengan tangan selalu masuk ke mulut orang.”

Bejo sang Dokter Gigi: “Ah, saya hanya tinggal membayangkan tangan saya masuk ke dompet mereka.”

Percakapan 2

Pasien: “Dok, gigi depan saya berwarna kuning nih. Malam ini harus ketemu calon mertua. Apa yang harus saya lakukan?”

Bejo sang Dokter Gigi: (dengan kalem) “Yaa, pakailah dasi warna coklat muda.”

Percakapan 3

Bejo sang Dokter Gigi: “Gigi Anda yang bolong itu sudah tidak ada cara untuk diselamatkan lagi, jadi saya harus mencabut gigi itu. Tetapi jangan khawatir, ini hanya butuh lima menit saja.”

Pasien: “Berapa biayanya, Dok?”

Bejo sang Dokter Gigi: “Hanya 100 ribu rupiah.”

Pasien: (terkaget-kaget) “Hanya untuk pekerjaan 5 menit saja, sampai 100 ribu???”

Bejo sang Dokter Gigi: (dengan kalem) “Saya bisa memperlambatnya, jika Anda mau memperpanjang waktunya.”

Masalah Pasien

Suatu ketika terjadi pembicaraan seperti ini di ruang praktek seorang psikiater.

Pasien: “Dokter, tolong bantu saya. Belakangan ini saya betul-betul sangat stres. Saya selalu marah-marah pada orang lain.”

Dokter: “Lalu, apa masalah Anda?”

Pasien: “Itulah masalah saya, BODOH!!!”

Pembicaraan Di Ruang Konseling

Seorang pasien sedang menjalani sesi konsultasi awal, dan mulai curhat kepada sang psikiater.

“Dokter,” keluh sang pasien, “Saya kehilangan semangat hidup. Rumah tangga terancam bubar. Saya betul-betul jadi tidak sanggup menghadapi hidup ini, dan hampir saja gila karenanya setiap kali berhadapan dengan istri saya. Istri saya suka marah-marah hanya gara-gara saya suka saos.”

“Hanya karena itu saja rumah tangga Anda terancam bubar?” tanya sang psikiater dengan perasaan tidak percaya, “Saya juga suka saos.”

Sang pasien melanjutkan keluhannya, “Betulkah? Baiklah kalau begitu, Dokter harus melihat koleksi saya. Saya punya ratusan saos …”

Pasien Kasus "Parah"

Dodol masuk ke ruang praktek dokter langganannya dengan kedua telinga yang gosong seperti habis terpanggang.

Dengan perasaan shock, sang Dokter buru-buru mempersilakan Dodol untuk diperiksa. Masih dengan rasa heran yang luar biasa, sang Dokter pun bertanya.

Dokter: “Apa yang terjadi dengan telinga Anda? Kok kondisinya sampai seperti ini …”

Dodol: “Saat saya sedang menyetrika, tiba-tiba telepon berdering. Lalu tanpa sengaja saya malah menempelkan setrika itu ke telinga saya.”

Dokter: (tercengang) “Baiklah, itu menjelaskan kondisi telinga yang satu. Lalu bagaimana dengan telinga Anda yang satunya lagi?”

Dodol: (wajah merah padam) “Saya khan harus menelepon Dokter?!”

Permintaan Sang Dokter Gigi

Suatu ketika, saat Bejo sedang praktek di klinik gigi, ia mendesah secara tiba-tiba, lalu berkata kepada pasien yang sedang diperiksanya.

“Pak,” kata Bejo kepada sang pasien, “Tolong berteriak sekeras mungkin. Jerit-jerit juga boleh.”

Dengan terheran-heran pasien itu berkata, “Kenapa begitu, Dok? Apa masalah gigi saya seburuk itu?”

“Bukan begitu,” kata Bejo dengan kalem, “Ada banyak orang yang sedang antre di ruang tunggu. Padahal sebentar lagi saya mau nonton bola.”

Setelah Diterima Bekerja

Beberapa minggu setelah Bejo diterima bekerja untuk pertama kalinya, ia dipanggil untuk menghadap manager personalia di ruangan kantornya.

Setibanya di sana, sang manager langsung menanyai Bejo.

“Apa maksudnya nih?” kata sang manager penuh selidik, “Ketika Anda melamar kerja, Anda bilang Anda sudah berpengalaman selama lima tahun. Ternyata ini pekerjaan pertama Anda!”

“Memang, Pak,” dengan kalem Bejo pun menjawab, “Dalam iklan lowongan kerja itu, bukankah perusahaan ini membutuhkan seseorang yang penuh imajinasi?”

Insomnia

Seorang Akuntan mengalami masalah insomnia selama berhari-hari, sampai akhirnya ia frustrasi dan mendatangi dokter.

Setelah berada di ruang praktek sang Dokter, maka mengeluhlah si Akuntan itu, “Dokter, tolong, saya tidak bisa tidur nyenyak setiap malamnya.”

Sang Dokter pun menyahut, “Apakah Anda sudah mencoba dengan menghitung domba ketika Anda kesulitan tidur?”

“Aduuuh! Itulah masalahnya, Dok!” sahut sang Akuntan dengan perasaan makin frustrasi, “Saya tiap kali salah menghitung domba yang ada di lukisan. Dombanya tidak pernah klop di hasil akhir perhitungan. Akhirnya saya harus menghabiskan waktu tiga jam untuk menemukan jumlah yang sesungguhnya …!”