Nama Baru Restoran

Bejo yang menjalankan bisnis rumah makan, bermaksud merenovasi rumah makannya yang selama ini semakin sepi pengunjung. Setelah menganalisa sana-sini, akhirnya dia memutuskan untuk mengganti nama restorannya juga.

Berhubung tidak mendapat ide untuk nama baru bagi rumah makannya itu, akhirnya Bejo memutuskan untuk berkonsultasi dengan pendetanya. Sang pendeta mengusulkan agar restorannya diberi nama “Restoran Mujizat”.

“Lho, apa alasannya Pak Pendeta mengusulkan nama itu?” tanya Bejo.

Sang pendeta menjawab dengan kalem, “Karena bisa mendapatkan makanan lezat di restoran Anda merupakan suatu mujizat.”

Kesulitan Berakhir?

Untuk pertama kalinya, setelah setahun menikah, Bejo bertemu kembali dengan pendeta yang dulu bertugas memberikan pemberkatan atas pernikahannya.

“Pak Pendeta,” kata Bejo hendak memprotes, “Dulu Bapak pernah bilang bahwa dengan pemberkatan pernikahan ini maka kesulitan-kesulitan saya berakhir. Bapak masih ingat ucapan itu, Pak?”

“Ya,” kata sang pendeta, “Memang benar saya mengatakan itu.”

“Tapi saya kan tidak mengatakan kesulitan yang mana yang akan berakhir,” lanjut sang pendeta kalem.

Kelupaan Sesuatu Di Rumah Sakit

Di salah satu rumah sakit besar, tampak ada banyak orang yang sedang berlalu lalang, entah yang berobat, pembesuk, maupun yang sedang menunggui pasien.

Tiba-tiba ada seorang lelaki dengan terburu-buru menyerobot masuk ke ruang bersalin. Beberapa saat kemudian, tampaklah lelaki itu sedang terbaring pingsan di atas ranjang dorong, tengah didorong keluar dari ruang bersalin oleh beberapa orang suster.

Terheran-heran melihat pemandangan itu, salah seorang yang sedang berada di ruang tunggu rumah sakit itu pun bertanya kepada suster yang masih berada di luar pintu ruang bersalin.

“Suster, boleh tahu, itu lelaki yang baru datang tadi kenapa tiba-tiba pingsan?” tanya orang itu penasaran.

Dengan tenang suster itu menjawab, “Oh, itu. Bapak yang tadi itu terburu-buru datang ke sini karena istrinya akan segera melahirkan, tapi dia kelupaan sesuatu …”

“Kelupaan apa, Sus?” tanya orang itu.

“Dia lupa membawa istrinya,” jawab sang suster kalem.

Surat Dari Pedalaman

Seorang kepala suku daerah pedalaman mengirim surat kepada pemimpin gereja yang berada di luar daerah. Berikut ini merupakan isi surat yang ditulis oleh sang kepala suku:

Dengan hormat,

Terima kasih banyak atas perhatian Anda kepada kami semua yang ada di pedalaman ini, sampai-sampai Anda telah mengutus seorang misionaris kepada kami.
Misionaris itu sungguh cerdas, baik, sabar,
dan juga lezat.

Tertanda,
Kepala Suku.

Hari Minggu Lalu Lagi Ke Mana?

Suatu ketika, Bejo berpapasan dengan pendetanya ketika sedang berada dalam perjalanan pulang dari kantornya.

“Hari Minggu yang lalu saya tidak melihatmu di gereja,” kata sang pendeta, “Ada yang bilang kamu sedang asyik bermain golf.”

“Wah, nggak benar itu, Pak Pendeta,” kata Bejo, “Di rumah saya masih ada sisa tiga ekor ikan yang bisa dijadikan bukti.”

Pendeta Baru

Setelah menyelesaikan khotbahnya yang pertama, seorang pendeta baru meminta pendapat seorang senior tentang penampilannya.

“Apakah saya sudah cukup membakar semangat jemaat?” tanya sang pendeta baru.

“Entahlah,” jawab sang senior, “Yang jelas, saya rasa kamu masih kurang banyak mengurangi teks khotbahmu.”

Kali berikutnya, sang pendeta baru itu sedang mengucapkan doa yang luar biasa panjangnya. Pada akhir doanya dia masih bertanya kepada jemaat, “Apa lagi yang perlu saya panjatkan?”

“Amin!” terdengar jawaban dari seluruh jemaat.

Paduan Suara

Dodol yang selama ini aktif mengikuti paduan suara di kegiatan ekstra kurikuler sekolah, tiba-tiba menghilang dari kegiatan itu. Akhirnya sampai berbulan-bulan lamanya, Dodol tidak pernah muncul lagi di latihan paduan suara sama sekali.

Suatu hari, Bejo melihat Dodol sedang jalan-jalan. Bejo mengetahui bahwa jam-jam demikian seharusnya waktu latihan kelompok paduan suara. Bejo pun tergelitik untuk mencari tahu.

“Tumben, Dol, nggak ikutan paduan suara?” tanya Bejo.

“Udah lama gak ikutan lagi,” jawab Dodol.

“Lho, kenapa?” tanya Bejo.

Dodol menyahut, “Gue putuskan untuk keluar dari paduan suara. Semua itu gara-gara waktu gue nggak bisa ikutan latihan paduan suara karena sakit, ada yang bilang: Tumben pianonya udah di-stem!”

Doa Untuk Perjalanan

Suatu ketika, saat masih menjadi mahasiswa, Bejo berdoa sebelum berangkat ke kampusnya.

“Tuhan, kirimkanlah cuaca yang cerah di sepanjang perjalanan menuju Depok, sehingga aku bisa ketemu Mimi, sang bunga kampus, sebelum didahului sainganku si Ngebul. Amin.”

Setelah berdoa demikian, maka berangkatlah Bejo menuju kampusnya dengan mengendarai sepeda motor bututnya.

Di tengah perjalanan, ternyata hujan tiba-tiba turun dengan lebat, dibarengi dengan petir dan gledek. Semuanya di luar perkiraan Bejo. Alhasil, Bejo cuma bisa pasrah meminggirkan motornya dan berteduh di salah satu halte bis.

Saat berteduh di halte bis itu sambil memandangi langit, Bejo cuma bisa merutuk dalam hatinya.

“Yaah, Tuhan. Masa Depok aja nggak tahu!”

Pemandangan Alam Baka

Suatu ketika, seorang developer game multimedia kelas dunia meninggal. Ketika tiba di alam baka, ia diizinkan oleh sang malaikat untuk memilih apakah ia ingin masuk Sorga atau Neraka. Jadi orang ini pun mengatakan bahwa ia ingin berkeliling dan melihat dulu pemandangan dari dua pilihan itu sebelum mengambil keputusan. Maka sang malaikat pun membawanya berkeliling untuk mengintip wilayah masing-masing.
Continue reading →

Di Rumah Makan Suatu Peristirahatan

Bejo yang sedang berkeliling dunia, mampir di suatu kota kecil dan menginap di sebuah hotel peristirahatan di sana.

Keesokan harinya, saat sedang makan di salah satu tempat makan dalam hotel peristirahatan itu, Bejo menyadari bahwa seekor anjing tampak terus memandanginya selama ia makan. Belakangan ia diberi tahu bahwa anjing itu adalah milik sang manager.

Kebetulan, sang manager juga muncul di rumah makan itu, dan akhirnya Bejo pun tergelitik untuk bertanya.

“Anjing Anda sedari tadi duduk di situ, terus mengawasi saya dengan penuh perhatian ketika saya makan. Apakah dia ingin saya memberinya makan?” tanya Bejo kepada sang manager.

“Oh, tidak,” jawab sang manager dengan kalem, “Itu hanya karena Anda sedang makan menggunakan piring kesayangannya.”